Akustika
Ruang merupakan kondisi audial yang nilainya ditentukan oleh fungsi
ruangan atau space itu sendiri. Misalnya, sebuah ruangan kelas
memerlukan kondisi akustik ruang yang berbeda dengan ruangan konser
musik klasik atau musik pop/rock. Perbedaan berdasarkan fungsi itu
kemudian diimplementasikan dalam bentuk: geometri ruangan dan material
penyusun permukaan ruangan.
Geometri
dan material ruangan inilah yang kemudian akan berinteraksi dengan
sumber suara yang dimainkan dalam ruangan tersebut, yang pada akhirnya
diterima oleh pendengar yang ada dalam ruangan, bisa orang yang memiliki
telinga (live listening) ataupun microphone sebagai simulator telinga
(recording). Interaksi ketiga komponen akustik ini ditunjukkan dengan
sebuah fenomena yang disebut sebagai transmisi, absorpsi, refleksi
(termasuk diffusi) dan difraksi gelombang suara yang dihasilkan sumber
suara. Dari fenomena akustik tersebut muncullah istilah-istilah seperti
level suara (SPL), waktu dengung (RT), intelligibility (D50), Clarity
(C80), spaciousness (IACC, LF, ASW, dsb). Nilai-nilai parameter itulah
yang kemudian dikenal sebagai Akustik Ruang, yang kembali ditegaskan
merupakan kondisi mendengar SESUAI dengan fungsi ruangan. Sumber suara
yang terlibat disini bisa berupa suara natural dari sumber suara apapun
(percakapan manusia, alat musik, dsb) atau dari komponen Sound System
yang kita kenal dengan nama Loudspeaker.
Sound
System disisi lain, pada dasarnya merupakan sebuah sistem yang pada
awalnya dirancang untuk mengatasi KURANG nya energi suara yang sampai ke
pendengar karena besarnya volume space atau jauhnya jarak pendengar
dari sumber. Itu sebabnya mengapa disebut
sebagai Sound Reinforcement System sebagai nama dasarnya, dan disingkat
sebagai Sound System. Pada saat sebuah sound system diaplikasikan di
dalam ruangan atau spcae, dia berfungsi untuk meningkatkan energi suara
yang dihasilkan oleh sumber suara natural dan mendistribusikan energinya
kepada seluruh pendengar di dalam space atau ruangan tersebut.
Faktor
pendengar di dalam ruangan atau space menjadi kunci dalam menjawab
pertanyaan awal. Telinga manusia yang berada dalam ruangan atau space
akan menerima 2 komponen akustik dari sumber suara, yaitu suara langsung
(energi suara yang menempuh jalur langsung dari sumber ke telinga)
serta suara pantulan (energi suara yang sampai telinga setelah menumbuk
satu atau lebih permukaan di dalam ruangan). Interaksi 2 komponen ini
yang akan menentukan nyaman tidaknya kondisi mendengar di telinga
pendengar tadi. Bila suara langsung dan suara pantulan bercampur dengan
baik (misalnya tidak ada delay yang berlebihan), maka pendengar akan
nyaman merasakan medan akustik di sekitar telinganya. Desain permukaan ruangan yang menghasilkan pola pemantulan yang berinteraksi positif dengan suara langsung dari
sumber menjadi sisi krusial dalam desain Akustik Ruang. Suara pantulan
ini tidak boleh lebih dominan dari suara langsung. Itu sebabnya level
energi suara dari sumber memegang peranan penting bagi pendengar.
Apabila level suara sumber memungkinkan untuk mencapai seluruh bagian
ruangan (atau seluruh posisi pendengar) maka ruangan tersebut pada
dasarnya TIDAK MEMERLUKAN Sound System, karena problemnya adalah
bagaimana perancang ruangnya mendesain karakteristik pemantulan yang
dihasilkan permukaan dalam ruangan untuk memperkaya suara langsung yang
sampai ke telinga pendengar. Sedangkan bila level energi suara dari
sumber tidak mungkin mengcover seluruh area pendengar, pada saat itulah
diperlukan Sound System. Dalam kondisi ini, problemnya bergeser dari
perancangan karakterisasi pantulan ruang menjadi perancangan posisi
sumber suara non-natural.
Jadi,
Sound System dan Akustik Ruangan sebenarnya adalah satu sistem yang
tidak dapat dipisahkan, sehingga pertanyaan awal tadi sebenarnya tidak
perlu
dijawab,
karena keduanya memegang peranan penting dalam porsinya masing-masing.
Sound System memerlukan Akustik Ruangan yang minimal baik untuk bekerja
secara optimal, dan Akustik Ruangan memerlukan Sound System bila energi
sumber suara natural tidak mencukupi levelnya. Dan satu hal yang perlu
diingat adalah Sound System tidak boleh mengubah karakter sumber suara
yang dia layani, karena fungsinya adalah menjaga kualitas suara sumber
supaya tetap terdengar baik di telinga pendengar. Bagaimana kalau suara
sumbernya tidak layak didengar? Kalau itu yang terjadi, persoalannya
bukan lagi masalah akustik, tetapi masalah sumber suara saja.
Sebagai
ilustrasi penutup, mengapa seluruh permukaan didalam bioskop bersifat
menyerap energi suara (pantulan minimum)? Karena pendengar yang masuk ke
dalam ruangan tersebut memang diminta untuk mendengarkan suara
“langsung” yang dihasilkan oleh Sound Systemnya, sembari menikmati
tayangan visual tentunya. Mana yang lebih penting Sound System nya atau
Akustika Ruangannya? Ya keduanya penting, karena kalau Sound Systemnya
buruk, penonton (pendengar) akan merasa tidak nyaman secara audial.
Sebaliknya, bila kondisi akustik ruangan buruk (misalnya ada pantulan
berlebihan atau ada kebocoran suara dari luar), maka kondisi mendengar
medan suara yang dihasilkan oleh Sound System akan terganggu.
Dikutip : http://www.peredamsuara.web.id/